Rabu, 10 November 2010

KANKER PAYUDARA PADA PRIA

Rekan semua tentu telah mengetahui, bahwa dalam dunia medis dan statistik kedokteran dunia, kanker payudara menjadi pembunuh utama wanita selain kanker servik atau leher rahim. Namun apakah anda mengetahui bahwa kanker payudara tidak hanya menyerang wanita?
Ya, kanker payudara juga dapat menyerang kaum pria! Sayangnya, pria kurang mengenali gejala klinis penyakit ini, sehingga kanker yang diidap telanjur menyebar atau memasuki stadium lanjut. Gejala klinis kanker payudara pada pria menyerupai gejala yang dialami wanita dan berasal dari kelenjar susu. Kanker payudara dimulai adanya pertumbuhan  sel  yang cepat disebut hyperplasia atau juga adanya pertumbuhan sel tak setipe (atype hyperplasia).
Bedanya, pria jarang terkena penyakit ini sebelum berumur 50 tahun. Umumnya hal ini banyak dialami pria pada usia lanjut. Oleh karena itu, setelah berusia 50 tahun, pria disarankan mewaspadai benjolan padat dan keras di belakang puting susunya.
Melky Goeslaw, penyanyi legendaris Indonesia sekaligus penderita kanker payudara pria, merupakan salah satu bukti nyata bahwa kanker payudara tidak hanya menyerang wanita, tapi juga pria.
Memang, persentase kemungkinan kanker payudara pada pria hanya 1 persen terhadap wanita. Artinya, diantara 100 wanita hanya 1 laki-laki saja yang memiliki kemungkinan menderita kanker payudara. Ironisnya, kanker payudara pada pria justru lebih berbahaya. Penyebaran kanker payudara pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara pria lebih tipis dibanding perempuan. Sehingga, dalam waktu singkat, sel kanker sudah menyebar pada jaringan di sekitar tubuh.
Sama halnya dengan wanita, kanker payudara pada pria disebabkan oleh adanya hormon estrogen. Estrogen adalah hormon pertumbuhan khusus bagi wanita yang berfungsi membangun dan menjaga struktur reproduksi wanita, biasanya disebut hormon kewanitaan. Pria juga memproduksi hormon ini, tapi dalam jumlah sedikit. Selain estrogen, kanker payudara pria juga disebabkan oleh gynecomastia, yaitu gumpalan akibat peningkatan jaringan tisu pada organ payudara; sindrom klinefelter; terpapar radiasi; serta riwayat keluarga.
Gynecomastia, gejalanya merupakan gejala paling umum yang dapat mengidentifikasi kanker payudara pada pria. Diantaranya adalah timbulnya benjolan yang tidak sakit tepat di bawah aerola (jaringan kulit berwarna coklat tua pada payudara), keluar cairan putih, kadang-kadang berupa darah dari puting payudara, dan kulit di sekitar terluka (berwarna merah), mengerut, tertarik ke dalam dan tegang yang pada akhirnya menunjukkan tanda-tanda penyebaran.
Sedangkan, Sindrom Klinefelter adalah sindrom kelainan genetika pada pria, dimana ukuran payudara pria tersebut semakin lama semakin membesar. Pembesaran payudara yang abnormal ini biasanya disebabkan oleh obat-obatan atau aktivitas hormonal.
Bagi para pria yang memiliki latar belakang keluarga penderita kanker payudara, diharapkan berhati-hati terhadap penyakit ini. Resikonya lebih besar. pembuktiannya dapat diamati dari data berdasarkan warna kulit berikut ini. Yaitu, menurut National Cancer Institute, daripada sekitar satu juta orang pria ditemukan 14 kasus kanker payudara pada pria berkulit hitam dan 8 kasus pada pria berkulit putih.
Karena kanker payudara pada pria sangat jarang, beberapa kasus saat ini sedang dipelajari. Tapi apabila kasus-kasus itu dikumpulkan maka akan didapat hasil sebagai berikut, Tanda-tanda yang harus diwaspadai :
  1. Terasa benjolan di payudara
  2. Puting terasa sakit
  3. Puting berubah bentuk ( biasanya menekuk kedalam )
  4. Keluar cairan dari putting ( bisa bening atau darah )
  5. Nyeri pada puting atau areola ( area yang berwarna gelap didaerah puting )
  6. Pembesaran kelenjar getah bening dibawah lengan ( ketiak )
Perlu diingat bahwa pembesaran kedua payudara pada pria biasanya bukan kanker. Keadaan ini dalam kedokteran disebut gynecomastia. Suatu studi tentang kanker payudara pada pria menemukan bahwa waktu yang diperlukan antara tanda-tanda awal hingga diagnose membutuhkan waktu 19 bulan, atau bisa lebih dari satu tahun. Ini mungkin disebabkan karena orang tidak menyangka / mengharap kanker payudara terjadi pada pria, sehingga sangat jarang yang terdeteksi dini. Jadi, seperti yang terjadi pada wanita juga, apabila terjadi perubahan yang mencolok pada payudaranya, pria juga sebaiknya segera ke dokter. Karena semakin cepat terdeteksi maka kemungkinan sembuh lebih besar.Sangat perlu dimengerti, factor resiko kanker payudara pada pria, terutama karena pria tidak mengadakan screening/pemeriksaan secara rutin untuk tujuan mengetahui ada/ tidaknya kanker pada payudaranya. Hal ini karena tidak terpikir bahwa ini bisa terjadi. Akibatnya kanker payudara pada pria biasanya pada deteksi awal kebanyakan sudah mencapai stadium lanjut.
Gejala :
1.      Benjolan
Gejala ini sama seperti kanker payudara yang dialami wanita, mulanya cuma benjolan. Tetapi karena jaringan payudara pria lebih sedikit dibandingkan wanita, kemunculan benjolan di payudara yang masih sangat kecil pun mestinya sudah teraba. Umumnya benjolah hanya dialami di satu payudara, dan bila diraba terasa keras, menggerenjil.
2.      Perubahan pada puting.
Bila stadium kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau bisa jadi puting mengeluarkan cairan. Benjolan yang tadinya bersifat jinak (benign) akan disebut kanker bila sifatnya menjadi ganas (malignant) serta menyebar (metastasize).
Resiko kanker payudara pada pria meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Pada banyak kasus, kanker payudara pada pria terjadi pada usia 60an dan 70an. Untuk pria berusia dibawah 35 tahun, kanker ini masih sangat sedikit ditemukan. (Berbagai Sumber, Nilna Rahmi Isna/SMAN 2 Padang)
Sutjipto, ahli bedah onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, dalam penjelasannya kepada Harian Kompas menyebutkan, “Gaya hidup buruk seperti kebiasaan merokok dan minum alkohol juga meningkatkan risiko kanker, disamping stres dan kondisi lingkungan yang tercemar polusi.” Penyakit hati juga dianggap sebagai salah satu faktor resiko kanker payudara pada pria, karena perlemakan hati dapat mengganggu metabolisme hormonal, sehingga memicu pembesaran kelenjar susu, selain faktor kelainan hormon atau kromosom.

Adapun faktor resiko kanker payudara pada pria adalah :

1.      Usia.
Usia merupakan suatu faktor resiko yang penting dalam terjadinya kanker payudara pada pria. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada usia 65 tahun.

2.      Riwayat keluarga dengan kanker payudara.

Resiko kanker payudara meningkat jika anggota keluarga (yang memiliki hubungan darah) ada yang menderita kanker. Sekitar 20% pria yang menderita kanker payudara memiliki saudara laki-laki atau perempuan yang juga menderitapenyakit ini.

3.      Sindroma Klinefelter.
Sindroma Klinefelter merupakan suatu penyakit bawaan yang ditemukan pada 1 diantara 1000 pria. Dalam keadaan normal, pria memiliki 1 kromosom X dan 1 kromosom Y, sedangkan wanita memiliki 2 kromosom X. Pada sindroma Klinefelter, pria memiliki 2 kromosom X dan 1 kromosom Y; hal ini menyebabkan mereka memiliki testis (buah zakar) yang lebih kecil dan tidak menghasilkan sel-sel sperma yang fungsional, sehingga mereka menjadi mandul.
Bila dibandingkan dengan pria lainnya, kadar hormon androgen (hormon pria) pada penderita sindroma ini lebih sedikit, sedangkan kadar hormon estrogen (hormon wanita) lebih tinggi; karena itu penderita sindroma ini mengalami ginekomastia (pembesaran payudara yang sifatnya jinak) dan memiliki faktor resiko kanker payudara yang lebih tinggi.

4.      Radiasi
Seorang pria yang daerah dadanya pernah terkena radiasi (biasanya untuk pengobatan kanker di dalam dada, misalnya limfoma Hodgkin atau non-Hodgkin) memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker payudara.

5.      Penyakit hati.
Hati memegang peranan penting dalam metabolisme hormon seksual dengan menghasilkan binding proteins (protein pengikat) yang membawa hormon di dalam darah. Protein pengikat ini mempengaruhi aktivitas hormon. Pria yang menderita penyakit hati yang berat (seperti sirosis), memiliki tingkat aktivitas hormon androgen yang rendah dan tingkat aktivitas estrogen yang lebih tinggi. Karena itu, mereka memiliki resiko tinggi untuk mengalami ginekomastia dan kanker payudara.

6.      Pengobatan estrogen.

Obat-obatan yang mengandung estrogen kadang digunakan sebagai terapi hormonal pada pria yang menderita kanker prostat. Pengobatan ini sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. Meskipun demikian, resiko ini lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan dari pengobatan dalam memperlambat pertumbuhan prostat. Estrogen dosis tinggi yang diminum sebagai bagian dari prosedur perubahan jenis kelamin membawa resiko kanker payudara yang lebih tinggi.

7.      Kurang aktif dan obesitas.
Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik mengurangi resiko kanker payudara pada wanita dan bahwa resiko kanker payudara meningkat akibat obesitas pada masa dewasa.
Obesitas mungkin merupakan faktor resiko terjadinya kanker payudara pada pria karena sel-sel lemak mengubah hormon pria (androgen) menjadi hormon wanita (estrogen) sehingga pria obes memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Pria obes tidak perlu bercukur sesering pria lainnya, mereka juga mengalami kesulitan dalam memiliki anak karena kemungkinan mereka mandul. Olah raga yang teratur dan menjaga berat badan yang ideal bisa mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit dan kanker.

Pendeteksian :
1.      Melakukan SADARI.
Anjuran untuk mendeteksi dini kanker payudara dengan melakukan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) tidak hanya berlaku untuk wanita tapi juga untuk pria. Pria harus merasa lebih beruntung karena mereka akan lebih mudah mendeteksi benjolan di sekitar payudara.
2.      Mamografi (rontgen khusus untuk payudara).
Pada mamografi digunakan sinar x dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
3.      Ultrasonografi / USG (memotret alat tubuh bagian dalam).
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat.
Pengobatan :
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap kondisi penderita yaitu sekitar 1 minggu setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran yang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya termasuk kelenjar getah bening.
Kemoterapi (kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembang biak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya) dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Hasil pengobatan tergantung pada stadium atau tingkatan kanker pada waktu pengobatan dilakukan.
Nah, anda kini telah mengetahui bahwa kanker payudara bukanlah mutlak menyerang wanita. Pria pun memiliki kemungkinan mengidap penyakit mengerikan ini. Karenanya, mari kita menjaga pola hidup sehat, makan makan sehat, cukup istirahat, berolahraga, serta cerdas dalam mengelola stres.
O, iya… ada satu hal lagi  yang dapat dipetik dari tulisan ini, bahwa penting bagi kita untuk saling mengingatkan dengan pasangan kita untuk senantiasa menjaga kesehatan organ yang ada di dada ini.  Alhasil, kita makin saling menyayangi, khan?…

Lakukan hidup sehat

Nah, agar dapat memiliki payudara dan tubuh yang sehat, tentang saja dengan melakukan hidup yang sehat. Misalnya tidak merokok, serta menghindari alkohol yang disinyalir sebagai salah satu faktor risiko terbesar timbulnya kanker. Sebab alkohol dapat merusak metabolisme hormonal, selain mengganggu faktor keturunan.

"Kedua faktor ini sangat penting sekali untuk dihindari," tegas mantan Direktur Medis RS. Kanker Dharmais ini. Apalagi saat ini, kanker payudara juga dapat menyerang wanita di bawah 30 tahun dan disinyalir akan dapat menyerang di sia ang lebih muda lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar